Jumat, 26 Februari 2010

si sayah bersama mereka, barudak XI IPS 2


Oleh: Ikhsan Peryoga

Sekarang tanggal hari rabu tanggal 17 Juni 2009
desi , mufidah ,mulyadi , vidi , chriswanto ,rehandri ,ahmad dian dan tentu saja saya berada di sekolah. Siapakah Desi Uvi, Mulyadi, Cris, Renhaldi dan Made ini??? Beliau-beliau adalah tentu saja teman saya, dan yang kebetulan saya ajari mereka pelajaran sejarah di sekolahnya. Hal itu menjadikan mereka (kecuali saya) adalah murid SMA kelas IX IPS 2, murid sekailgus teman-teman saya yang keren-keren, sumpah. Itu berarti saya menjadi otomatis di pandang oleh mereka sebagai gurunya. Dengan segala hina yang saya punyai, mohon kah saya diberi maaf oleh dunia karena jawatan guru ini sangatlah tidak pantas di sandang oleh saya. Saya masih PPL sampah, belum bisa mendidik murid-murid fantastik yang sebenarnya mereka mempunyai potensi untuk menguasai dunia.

Sekilas yang saya tahu, Geng ini sempat berkepikiran ingin menggondol helm yang banyak terpajang di tempat parkir sekolah untuk supaya biar mereka bias berangkat ke wisata bersama-sama teman-teman nya dan bis. Tapi untung saja niat itu hanya bercanda saja, saya sarankan mereka untuk bekerja parttime . Mereka sebagian nya ada yang berhasil. Dan inilah makan-nya (dan minum-nya) kenapa teman-teman saya ini saya anggap keren bahkan super keren bahkan-bahkan dan bahkan lagi super duper keren kacida pisan BO lah (salut,asli, pertahankanlah).

Tidak tau bagaimana ceritanya tiba-tiba saya dan mereka sudah berada di tempat parkiran took buku terkemuka sekali yang berada di depan BIP di kota bandung tentusaja, karena BIP adalah Bandung indah plasa yang hanya ada di Bandung. Mungkin seperti ini ceritanya kenapa saya dan mereka tiba-tiba ada di sana:

Si saya berniat untuk pulang setelah membagikan hasil UAS (ujian agak serius) yang nilainya juga bercanda (sebuah sindiran). Lalu saya bertemu dengan desi , mufidah ,mulyadi , vidi , chriswanto ,rehandri ,ahmad dian dan tentu saja saya berada di sekolah. Siapakah Desi Uvi, Mulyadi, Cris, Renhaldi dan Made ini??? Beliau-beliau adalah tentu saja teman saya, dan yang kebetulan saya ajari mereka pelajaran sejarah di sekolahnya. Hal itu menjadikan mereka (kecuali saya) adalah murid SMA kelas IX IPS 2, murid sekailgus teman-teman saya yang keren-keren, sumpah. Itu berarti saya menjadi otomatis di pandang oleh mereka sebagai gurunya (asa dejavu, “ini mah sudah di tulis hey tadi di atas”, seorang pembaca yaitu saya protes kepada penulis yaitu saya juga)

Mereka berniat untuk mencari’I sebuah buku agama yang akan mereka lupakan nanti. Ketika saya mendengar itu kenapa tidak, dengan bajet uang yang tidak seperti bisanya di dalam dompet saya pun sekalian saja mengajak diri saya untuk diajak oleh mereka. Diajak supaya saya dibolehi ikut. Terimakasih semua, saya di ajak juga, saya terharu sampai ingin mentraktir mereka, tapi apa boleh buat, saya lagi miskin tidak seperti bisanya yang kaya, tapi kita lihat saja nanti. 

Kejeniusan mereka yang tidak di dapat oleh si saya selama ini, kita berangkat dengan 5 motor, sementawis kita ada sekitar 8 orang, dan 3 orang yang di boncengi’I tentu saja tidak pake helm. Kenapa eh kenapa mereka jenius, karena-eh-karena dengan pengetahuan navigasi super kami meyosor jalan kecil yang jelimet masuk gang, keluar kompleks, masuk lagi ke jalan lalu keluar di sebuah gang lagi. ditambah insting pemberontak, memberontak untuk melawan sesuatu yang disarankan Negara (pake helm ketika menunggangi motor), memberontak keselamatan diri nyah-nyah, masing-masing nyah juga. Oh semangat kaula muda, indah sekali, saya pun menikmatinya. mereka bisa sampai ke toko buku terkemuka tersebut tanpa di beri lambayan oleh pak polisi tanda di suruh menghampiri pak polisi tersebut. Keren lah. (faragrap ini sindiran juga, sindiran kepada murid saya yang ngatau malu melanggar peraturan hukum sepanjang jalan, maafkan saya, saya menyindir terus, kita tetep berteman kan???)

Itulah ceritanya kita bagaimana bisa tiba-tiba ada di Toko buku terkemuka. Dan cerita selanjutnya pun akan tercipta. Bukan sindiran hey ini cerita yang akan saya bagikan kepada dunia yang baca, cerita keren yang kami buat bersama, bersama orang orang keren yang sudah di jelaskan di awal.

Kami masuk dengan memberikan tas, dan bawaan yang lainnya kepada ahlinya. “mang ini saya kasih tas tapi nanti saya ambil lagi”, “di satuin weh mang”. Saya pun diamanati’I untuk membawa nomer yang nanti akan di tukarkan dengan hadiah tas ketika kami sudah puas berada di toko ini. Dan seperti yang sudah saya singgung di awal, misi untuk membeli buku agama pun terlupakan. mereka berkeliling-keliling seperti mencari-cari sesuatu yang tidak tau itu apa. Melihat buku-buku yang sampulnya bagus atau judulnya menarik hati, memegangnya itu buku dengan tangan pastinya, di bulak-baliknya itu buku lalu di simpan lagi. Begitulah berulang-ulang sampai mereka agak jenuh. 

Aksi saya pun di mulai, saya mengiring mereka (seperti bebek) untuk ke lantai dimana buku komik dan buku anak-anak, buku sekolah pelajaran pada diperlihatkan supaya pada di beli’I oleh pengunjung. Saya menyuruh berkumpul wahay mereka pada. Memperkenalkan sebuah permainan. Saya berucap “ini kartu tas akan saya sembunyikan di suatu tempat di lantai ini, kalau kalian ingin tas kalian kembali, cari yah…”. saya yang berucap kembali ini, dan ini juga ucapan yang membuat ucapan saya sebelumnya jadi bersenjata “yang menang di traktir nonton”. Si mereka langsung merubah rona mukanya menjadi bersemangat, “stuju beh” saya lupa ini yang ngomong siapa tapi yang jelas adalah salah satu dari teman/murid saya.

Mereka mencari lah kartu penitipan kantong itu berkeliling-keliling tanpa pola, berpencar dengan tidak berbaris, menyiari’I seperti mencari kutu, membuka-buka buku-buku seakan sedang mencari buku padahal tidak. Itu juga yang membuat mereka di buntuti oleh si A’a-A’a pelayan toko buku terkemuka itu. Namanya juga anak se’me’a, mereka pun merengek minta petunjuk, sayah kasih lah itu petunjuk melalui ucapan-ucapan saya yang saktinya mereka pun menturuti dan mempikiri’I itu ucapan sayah. Karena tidak tertemui pula kartu penitipan kantong itu, maka mereka kayaknya sudah menjadi geram, tapi saya saya tidak. Saya kasih wilayahnya untuk daerah pencarian jadi dipersempit, menjadi hanya 10 persen aja dari total lantai 3. 

Ah teu rame kata saya sambil membawa kartu penitipan itu di seorang anak SMP yang sedang baca komik. Si mereka, teman-teman luarbiasa sayah jadi pada kesel, “ah si babeh mah.. nga bilang di sembunyikan nya di orang, kirain teh di buku atau di rak buku”. Saya lalu bertanya ke mereka semua-mua, “kalian itu diam di kelas mana sih???”, “IPS 2 beh..” jawab mereka-mereka. “Apa gitu beh???” si mereka bertanya kembali ke si sayah,.. “itulah, fungsi nya kalian anak IPS, akan menghadapi atau dihadapi masalah bukan benda mati seperti buku, rak buku, atau mesin, atau larutan kimia, atau bejana leher angsa, atau pengeboran minyak, atau PH tanah atau dan lain-lain (“ atau dan lain-lain”. yang saya maksud adalah benda mati lain nyah-nyah).” Yang kalian akan hadapi adalah manusia, dengan segala prilakunyah-nyah yang unik, dengan segala kebiasaan nyah-nyah yang khas.” “Kan udah di ajari’I oleh guru-guru kalian di sosiologi, antropologi, sejarah, ppkn, dan pelajaran lain nyah. Yang kalian berantemi (geluti maksdnya) di sekolahan itu teorynyah-nyah, saatnya kita di sini sekarang mencoba, seberapa terbuktinya ulangan harian kalian yang 8 nilainyah. Makanyah dari itu nyah, saya kasih sembunyi ini kartu penitipan ke manusia…”. Si mereka lalu pada tersenyum. Sayah harap senyuman nya, senyuman mengerti sesuatu yang baru. 


“Kenapa kalian tidak mencoba bertanya, ke si A’a-A’a penjaga, ke pengunjung lain atau ke satpam, itu akan cepat untuk menyelesaikan masalahnya, barang sungai (barangkali maksdnya)” Si sayah melanjuti’I lagi. Bertanya itu senjata hey. Si Uvi yang manja pun berkata setelah saya berkhotbah tadi “da, babeh mah nga bilang harus nanya ke orang lain??”… si sayah tersenyum diikuti oleh lalu, yang membuat mereka tersenyum lagi oh indahnya mereka pikir saya. 

[2 faragraph di atas sponsori oleh http://www.kihadjartheywan
ttorock.com ] “Saat pendidikan tak harus selalu formal hey” 


Entah ada gerangan apa, si mereka pun jadi meminta permainan baru lagi dari sayah. Dan sengan apa yang saya amati dari permainan tadi, saya mengetahui apa yang harus saya lakukan selanjutnyah. “Ayo ita segera tringgalkan tempat ini!!!” ajak saya.

Kita ada di luar toko buku ternama itu, di tempat parkirnya. Saya keluarkan itu HP transformer punya sayah. HP yang di buat khusus oleh dewa Zeus untuk anaknya Hercules. Makanya HP itu kuat sekali, di buat di jaman yunani kuno masih bertahan sampai sekarang, dan ketika HP itu terkena “cube”, HP itu bisa berubah menjadi robot, makanya hp nyah disebut HP transformer. Saya perlihatkan HP keramat itu kepada si mereka semua, “sok, tolong jualin ini HP, kalo terjual, uang nya kita buat nonton”… jreng!!! Jreng!!! (ekspresi mengagetkan mereka)

tujuan saya adalah supaya si mereka bisa memperakteki’i caranya melobi orang, melobi si tukang handphone, bersosialisasi, berinteraksi dengan orang asing, pelajaran social yang tidak semua sekolah menawarkan itu di kurikulumnya. peraturan permainan nya, siapa orang yang menjual HP butut itu dengan harga tinggi, maka dia adalah pemenangnya. Biarlah HP berharga milik saya, HP transformer saya, HP pertama saya ini saya jual untuk si mereka-mereka agar-supaya si mereka mendapatkan pembelajaran yang lebih berharga dari sekedar HP berharga.

Apa coba reaksi mereka, di luar perhitungan sayah hey, mereka langsung menolak keras sis ayah untuk menjual itu HP, jiwa kemanusiaan yang keren dari mereka di tunjukan ke pada saya. Mendingingan nanti lagi kalau mau nonton mah, kalau kita sama-sama ada uang, kita nonton bareng-bareng, itu kata salah satu ari mereka yang sepertinya di setujui oleh semua-mua dari mereka. Ternyata ada pelajaran keren yang saya dapatkan, yaitu “pertimbangan”. Ia juga sih, jikalau di pertimbangkan lagi, mungkin oleh akumulasi simereka-mereka mungkin ide menjual HP keramat itu buruk juga, kesenangan, nonton atau makan, atau maen tak akan terkalahkan oleh apa itu yang kita sebut dengan kenangan. Kenangan babeh dengan HP transformer itu tidak sebanding dengan kesenangan kita akan satu 8 tiket nonton bioskop, 8 menu makanan yang berbeda-beda sesuai selera atau dengan maen-maen semata. 

Hal itu mungkin (donat) yang ingin si sampaikan murid sekaligus teman-teman saya yang pada keren ini..

nuhun hey dan bersambung hey ke bagian 2…

maaf ke kalian hey, desi , mufidah ,mulyadi , vidi , chriswanto ,rehandri ,ahmad dian tidak bisa mentraktir kalian pada suatu hari itu.

Sayah lagi kaya sekarang, kapan mau maen-maen lagi hey!!!
dan diantara kalian yang mau ikut, sayah hayu, dan sayah hayu-hayu sajah, untuk acara maen selanjutnya… 
Description: si sayah bersama mereka, barudak XI IPS 2 Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: si sayah bersama mereka, barudak XI IPS 2

0 komentar:

Posting Komentar