Jumat, 26 Februari 2010

Guru Vs teknologi


oleh Ikhsan Peryoga

Buat kmukmukmu yang kuliah di pendidikan. Engkau-engkau lah calon dari guru yang akan meneruskan perjuangan guru-guru terdahulu yang berjatuhan karena tidak bisa melawan mahluk Tuhan yang bernama waktu. Enak hey jadi guru, katanya si pems, pemerintah maksdnya, akan mengangkat nasib guru supaya jadi lebih baik. Tidak tepat sih mengangkat nasib, itu si pemerintah, tapi biarlah asal jangan mengendalikan nasib, karena itu bukan hak beliau (pemerintah: bacanya), tetapi hak Tuhan itu mah. 

Menurut berita, di negri kalian Indonesia, propesi menjadi guru itu berada di urutan kedua terfaporit setelah dokter. Jadi kalau ada anak kecil dan anak besar di Tanya, cita-cita kamu apa??? Mereka banyak yang memilih ingin bercita-cita sebagai guru, walaupun yang ingin jadi dokter lebih banyak. Tapi, cita-cita ingin jadi pilot, astronot, tentara, pulisi, artis, pejabat, pejabat artis, arsitek, ulama, dan sebagaian lain nya dikalahkan oleh cita-cita orang yang ingin jadi guru. tentunya Hebat, tentu saja.

Nah sekarang kita yang sudah di beri jalan kuliah di keguruan perlu merenung. Sebagai calon guru, kalian mungkin khawatir, tidak khawatir harus khawatir saya paksa untuk khawatir. Yang kita hadapi sekarang dan mungkin yang paling berat untuk di lawan adalah teknologi. Apalagi untuk engkau yang susah diberikan Hidayah untuk gejet seperti saya. Kalau saya boleh memamerkan indra ke 6 saya tentang ramalan, kurang dari 15 tahun lagi, mungkin yang di kelas itu bukan seorang guru, tetapi seorang oprator yang menyalakan media hologram berisi materi pelajaran dengan resolusi keren dan tentu saja 4 dimensi. Murid tidak lagi perlu mendengarkan penjelasan guru karena di media itu sudah sangat terprogram, terstruktur lengkap, rapih, evisien, interaktif, dan tentu saja keren tentunyah.

Atau 15 tahun lagi yang berdiri adalah sesosok mahluk menyerupai guru, tetapi beliau tidak pernah makan dan berak. Beliau makan nya di carjer, dan beliau tentu saja lebih pintar dari guru-guru sekarang. Bagaimana kalau nanti yang berdiri di kelas adalah sesosok guru yang termasuk ras Robot, bukan guru dari ras manusia. Dari tangan guru ras robot itu keluar hologram visual animasi globe untuk media pelajaran (bayangkan), matanya seperti infokus, bisa mengeluarkan cahaya yang jika beradu dengan sesuatu seperti tembok maka akan ada media film, seperti animasi, seperti power point tentang materi pelajaran yang sangat lengkap (bayangkan). Telinga beliau di lengkapi sensor mega ultra sensitive untuk mendeteksi suara ketika kita ujian takut-takut ada yang pabeja-beja. Mata beliau juga di lengkapi dengan 800 lensa2 kecil yang dapat mendeteksi berbagai gerakan mencurigakan ketika ujian..

Bukankah ini kemajuan di dunia pendidikan??? Tetapi pengangguran untuk kita kan???

Kemarin saya mendengarkan penjalasan dosen yang selalu mengajar dengan cara klasik (guru, baceoh.. murid mendengarkan)… penilaian saya kepada dosen ini selama 8 semester kuliah dan belum lulus2 adalah, dia mengajarnya bagus secara klasik tetapi mungkin ketinggalan 10-20 tahun untuk penggunaan teknologi dalam seni mengajar. Dan karena saya di didik di negri kalian ini untuk selalu memandang yang modern itu lebih bagus makanya saya juga jadi memandang lain kepada sang dosen tersebut. Tetapi hal itu sirna ketika beliau menceritakan pengalaman beliau… 

Ini lah beberapa ilmu keren beliau yang terekam dan selalu terekam di dalam benak sayah:

“Ibu sudah 30 tahun lebih mengajar kadang-kadang jenuh, apalagi kalau lagi SP seperti ini, inikan waktunya kita mahasiswa dan dosen reffres otak kita, tetapi ibu punya berbagai siasat untuk menghilangkan rasa bosan tersebut, dengan melihat kalian yang antusias, dengan melihat kalian yang tersenyum ketika ibu menjelaskan di depan… itu indah sekali, coba kalau kalian sudah menjadi pengajar rasakan”

“dulu ibu selalu pake apa namanya itu, infokus, atau proyektor ketika mengajar, membuat materi dalam powrpoint, ibu duduk di meja dan menggendalikan powrpoint itu dalam laptop ibu… mahasiswa menjadi dimudahkan dengan media tersebut, tetapi apa yang terjadi??? Focus mereka ke pantulan cahaya dari infokus yang sebenarnya mati tersebut, ibu sendiri, merasa kesepian duduk di meja… makanya ibu lebih sering mengajar dengan cara tradisional seperti ini”

“Coba kalian tutup mata kalian, lalu bayangkan guru yang berkesan dalam hidup kalian???” (buat pembaca boleh di coba) .. apa yang kalian ingat??? bukan materinya kan??? Materinya mah udah lupa menghilang entah berantah kemana… pasti yang kalian ingat adalah sosok nya, senym nya, cara berjalan nya, nada bicaranya, galak nya, judes nya, dan lain-lain nya… “

Kembali lagi kepada penulis, dari kata-kata beliau di atas… bolehlah saya menulis ini: bahwa dengan kemajuan teknologi bagaimana pun majunya tidak akan bisa menciptakan prilaku manusia yang kompleks dan uniq. Makanya ketika kita mengajar bukan kedalaman materi yang dibutuhkan, yang murid-murid kita butuhkan bukan kelengkapan materi atau ketersediaan media karena yang kaya begitu sekarang sudah di mudahkan oleh teknologi. Yang murid-murid kita butuhkan dari adalah senyum seorang guru, yang murid-murid butuhkan adalah marah seorang guru… yang murid-murid butuhkan adalah tepukan tangan guru ketika si murid menjawab dengan tepat, yang murid-murid butuhkan adalah sentuhan (toelan) guru ketika menyuruh menjawab pertanyaan yang di ajukan, yang murid-murid butuhkan adalah bahasa tubuh si guru ketika menerangkan yang jauh lebih menarik dari infokus yang modern. Dan satuhal, bisa melakukan itu hanya ras manusia, bukan teknologi canggih buatan manusia atau ras robot…
Description: Guru Vs teknologi Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: Guru Vs teknologi

0 komentar:

Posting Komentar