Jumat, 26 Februari 2010

Kopajat (single karir)


tentu saja oleh: Ikhsan Peryoga

Hari ini adalah hari sabtu 20 Juni 2009 dimana tadinya saya mau ketemu sama Lia, Monika, Diana dan yang lainnya di SD Cinangka tapi tidak jadi.. (tak apalah)…

Sayah merasa lapar ketika jam Sembilan pagi dan berniat untuk makan. Setelah niat makan selesai saya merasa berniat untuk kenyang… tapi sama halnya seperti solat, tidak cukup hanya dengan Niat. Saya pun saat itu sedang chating bersama teman-teman saya. diantaranya dengan si carolien yang mau ke Jakarta karena tanteunya ulangtahun, si Uni yang lagi tidak-sibuk-sibuk terlalu dengan skripsinya, dan dengan si daus yang tidak mau memafkan saya atas kesalahan dia. Maafkan saya Us ke melatiwanginya nga jadi karena saya tidak segera berkunjung datang ke “rorompok” kamu (rorompok itu rumah kalau di sunda).

Tapi bukan itu yang keinginan saya ingin tulis di note ini. Ketika saya lapar, saya kiranya boleh meminta izin kepada si carolien dalam chatingan. Meminta izin mau makan dulu. Makan kupatahu dengan bumbu yang banyak, dan tahu yang garing (garing dalam kalimat ini bukan tebak-tebakan nya si carolien yah, camkan itu!!) di samping surapati core. Si sayah pun dengan serta merta memakai celana, memakai baju, membawa dompet dan membawa kunci motor untuk beli kupatahu tersebut (“tersebut”. ” ter” dalam kata “tersebut” berarti tidak disengaja, kalo disengaja jadi “disebut”).

Pintu Rumah pun di buka. Apa yang terjadi coba??? Saya merasa ada sesuatu yang aneh di luar. Terdapat banyak mobil yang parkir di sepanjang kompleks hari ini. Saya merasa kaget, campur sedikit senang campur timbul pikiran yang iah-iah. Dengan segera, saya masuk rumah kembali, berlari seperti atlet marathon, meniti tangga tunggang langgang seperti atlet lari rintangan. Saya pun kembali masuk kamar, terhunyung-hunyung “hah-heh-hoh heh-heh-hoh” kehabisan ¾ nafas. Saya obrak-abrik tumpukan baju… mencari baju koleksi sayah yang tentu saja di simpan dengan sangat terjaga (BOOHHOONNGGG!!!!). Saya pun menemukan dia, dan saya pun tersenyum. (sebenarnya apa yang si busuk lakukan??)

“Leup” (ekspresi untuk memasukan tangan kanan kedalam baju kolek si sayah), “leup juga“ (ekspresi untuk memasukan tangan kiri kedalam baju koleksi si sayah juga tentunya).. “lalu saya kancingi’I baju koleksi tersebut, selanjutnya adalah memasangkan celana panjang kedalam kaki sayah yang tadinya bercelana pendek. 

Saya kembali ke pintu rumah di bawah, dengan sebelumnya menutup pintu kamar, turun tangga, ngaca dulu ah liat beungeut (muka), membereskan beunget (percumah), lalu menuju pintu keluar, lalu membuka nya, lalu keluar dari rumah.. Si akatsukim (motor saya) saya tidak ajak. Maafkan saya akatsukim (motor saya). Di maafin kan??? (si sayah bertanya kepada si akatsukim (motor saya) yang tidak di jawab-jawab). Karena lama menunggu si akatsukim (motor saya) menjawab, saya pun bergegas karena yakin waktu akan terus berlari dan saya harus memburu waktu (waktu yang antagonis, sampai-sampai harus di buru). 

Saya pun berjalan kaki, menyusuri komplek yang sudah menjadi banyak mobil-mobil berparkiran. Tidak seperti bisanya “kata hati saya”, “iah” ada seseorang yang menjawab, yang ternyata hati saya juga. Terlihat ada beberapa orang berpakaian sejenis dengan apa yang saya pakai. Saya tiba di ruko depan komplek yang bertepatan juga dengan diluar komleks. Di jalan ******** yang kecil seperti gang itu ternyata lebih banyak itu apa namanya mobil-mobil (nga pake “lan”, kalo pake “lan” mah jadi mobil-mobilan dan artinya jadi bohong-bohongan, ini asli). Saya mampir ke tukang koto-kopian, berkehendak membeli sesuatu, sesuatu yang saya nanti akan ceritakan. Saya mencoba berhati-hati di daerah ini, jangan sampai sodara sayah yang di ruko melihat sayah. Saya nyebrang dari kompleks di depan tukang soto dan berjalan ke utara sekitar 50 meter. 

Dari saya berjalan itu membuat saya berada di suatu gerbang yang dijaga oleh beberapa tentara dan sekuriti. Mobil disini banyak sekali yang parkir lebih banyak dari yang di komples. Ada beberapa wanita cantik nan jelita, tapi kebanyakan tanteu-tanteu. Ada beberapa pemuda gagah nan ganteng, tapi kebanyakan Om-om. Saya culang-cileung dan tetap tenang. 

Saya pun masuk, mendekati siapa itu saya tidak kenal, tetapi saya dekati, 3 wanita cantik nan bohay di belakang sebuah meja setelah sebelumnya saya perhatikan dulu. Saya pun mengisi formulir yang ada 3 kolom di formulir tersebut. Saya isi nama dengan nama “Dani” saya isi alamat dengan tulisan “Kircon” dan saya tanda tangani’i. Setelah itu tak lupa saya masukan sesuatu yang saya dapatkan dari tukang fotokopian itu kedalam suatu benda yang saya yakin merasa cukup untuk yakin itu benda bakal dimasukan. saya pun masuk bersalaman dengan banyak orang disana. 

Dan yang paling utama, kupatahu yang saya niatkan tadi sama si monii mau di beli saya cabut kembali, soalnya pagi ini saya makan dengan nasi sayur penuh daging, teriyaki, sate yang empuk, Lolade, dan tak lupa kerupuk Palembang. Untuk cuci mulutnya saya makan pisang, pudding, es krim, baso tahu dan tentu saja air mineral.

*****selesai*****

Kenapa tadi saya balik lagi ketika melihat banyak mobil-mobil parkir di komples, padahal sudah di luar dan berniat beli kupatahu??? Ini dia jawabanya

Saya tahu betul kalo banyak mobil gini pasti ada acara di depan (tempat pagelaran kebudayaan), dan saya yakin hal itu adalah hajat… makanya dengan serta merta saya ke atas untuk ganti baju dan beraksi.

Dan inilah yang kita sebut Kopajat (komando Pasukan Hajat). Guru dalam hal beginian saya adalah teman saya yang sekarang sudah berada di luar negri, dialah ketua kopajat. Terimakasih kawan, pas tadi oprasi saya single karir (sendirian), kebetulan di dekat rumah dan kebetulan hajatan gede. Terimakasih juga kawan, berkat bimbingan anda, saya sudah tidak merasa tegang ketika melakukan oprasi. Tadi saya seperti jentelmen yang diundang, sempat beberapa kali memberikan senyuman ke tamu-tamu lain dan dibalas juga dengan senyman oleh mereka. 

Moment-moment keren pas tadi:

Si muka saya buat kulimis walaupun saya belum mandi dan tentu saja belum juga gosok gigi, dengan batik yang tidak begitu mencolok koleksi sayah, saya terlihat sempurna layaknya undangan. 
Mode penyamaran saya memang bukan eksekutif muda yang memakai jass, tetapi pemuda biasa berbatik. 

Saya sempat susulumputan ketika di gerbang kompleks (takut di Tanya satpam) tapi beruntungnya nga di Tanya. 

Untung tidak ada yang memperhatikan sepatu pantopel saya yang kusam. 

saya beli sesuatu di tukang potokopian. Sesuatu tersebut adalah sebuah amplop yang kemudian saya isi dengan uang 4000 rupiah, seharga kupat tahu yang niatnya saya akan beli.

Saya culang-cileung dulu, memperhatikan si teteh2 penjaga buku tamu dan cengcelengan tempat para undangan “nyecep”. Hal itu sesuai perkataan takutnya ada “scanner” di tempat nyecep. Pesan terakhir guru kopajat saya, “syarat hajatan yang boleh kita oprasi’I adalah pertama, jangan hajatan kampung (biasanya undangan nya sedikitan dan yang hadir di hajatan pada saling kenal),.. kedua, jangan yang china, biasanya di tempat angpau nya di pasang “scanner”, jadi kalo kita hanya ngasih amplop isi 4000 akan ketahuan,… ketiga jangan yang resepsi hajatan nya yang di rumah, biasanya mereka pada kenal juga satu sama yang lain nya… sasaran empuk oprasi adalah hajatan-hajatan gede yang di gedung-gedung serba guna, hotel dan gedung pertemuan lain nya. Setelah itu dia pergi ke luar negri dan kita kehilangan ketua…

Saya salaman dengan kedua pengantin, dengan kedua keluarganya… ketika dengan pengantin peremuan: saya bereskpresi senyum hangat penuh kedamaian dengan tetap sopan. Saya memberikan kesan melirik ke si pengantin laki-laki, hal itu bertujuan untuk membangun kesan supaya si pegantin perempuan berfikir dia (saya) adalah tamu dari pihak laki-laki. 

Begitu juga sebaliknya ketika saya bersalaman dengan pengantin laki-laki, seakan-akan saya teman atau kerabat dari pihak perempuan. (dan itu sukses saya lakukan)

Saya mengambil hidangan, memilih duduk dengan anak-anak ketika menyantap. Tujuan nya biar nga ada yang bertanya ke saya (supaya tidak ngobrol). Saya pun berbasa-basi garis miring Bertanya-tanya kepada beberapa anak (berinterasi biar nga autis teuing). 

Ketika saya makan ada beberapa tamu yang lewat dan saya berikan senyum polos saya. Mereka pun dengan polosnya memberikan senyum juga.
Saya pun pulang dengan selamat lalu menulis tulisan ini…

Pesan ketua kopajat yang sekarang ada di luar negri: “oprasi ieu mah ulah di jadikeun kabiasaan,komo deui pagaewan, tapi jang senang-senang hungkul” artinya: kelakuan ini jangan di jadi’in kebiasaan apalagi pekerjaan, tapi untuk senang-senang saja

Jwb oleh si sayah: si saya hari ini lagi sangat kaya dan semenjak guru ke luar negri, ini operasi saya yang pertama .. nga ada maksud di jadi’in kebiasaan, cuman iseng aja…

haduh kenyang hey…
Description: Kopajat (single karir) Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: Kopajat (single karir)

0 komentar:

Posting Komentar