Jumat, 26 Februari 2010

P2m Neglasari bagian 1 (Hari Pertama yang melelahkan)


Oleh: ikhsan Peryoga


P2m (pengabdian pada masyarakat). dengan perasaan yang tidak enak dari rumah, Saya bersama sebagian mahasiswa jurusan pendidikan bahsa jerman UPI yang didominasi oleh angkatan 2005 sampai 2007 (angkatan 2002, 2003, 2004 juga ada walaupun sedikitan, kang putra, kang hendra, kang agung juga ada(ngalongok)). Kami-kami tidak sepeti kamu-kamu, kami-kami sedang berada di desa NeglaSari salah satu desa yang katanya tertinggal dan perlu dimodereni’i dari orang kota, khususnya pada kasus ini dari mahasiswa, ujung tombak pertama agen of change. (maaf, yang tidak tahu agen of change, saya mempunyai penjelasan yang saya kutip dari tulisan saya “sial dong #1”, agen op ceng (naon atuh agen op ceng teh?? (seorang editor bertanya)… jwb: sejenis pendistribusi, atau orang yang mendistribusikan… seperti agen minyak, agen kolontong dll)…”))

Kami pun bersama rombongan datang ke sana, desa negla sari yang indah dan sejuk dan asri dan jauh dan di sisi gunung dan menawan dan sehat. Perjalanan sangatlah sulit karena medan yang sangat jauh dari kampus kami (kampus kami di bandung sedangkan medan di sumatra)... nga, ini serius.. medan ke desa sana memang sangat berat, kami semua padeudeut-deudeut naik truk tentara yang dirancang untuk medan-medan yang berat, truk yang dirancang untuk akomodasi pasukan jika terjadi perang, tetapi truk tersebut tidak di rancang untuk kenyamanan para penumpangnya (ya’ialah, mau nyaman mah bawa mobil sendiri)... dari design truk yang seperti itu cukup membuat kami semua terutama kaum wanitanya menjerit-jerik ketika si truk kena jalan bolong dan dengan suspensi yang hard membuat truk ngaclog seperti menejeh dan melompat-lompat seperti kodok. Ketangguhan ini truk tidak disangsikan lagi, sampai-sampai saya berpikir sampai ingin menjadi berkeyakinan bahwa Truk ini adalah alien robot, the otobot yang menjaga kedamaian dunia dari the septikon. Tapi sudahlah pemikiran-pemikiran seperti ini yang membuat saya di jauhi teman-teman ketika saya SD, (aya nu gelo!!!, aya nu gelo!!!). 

Kami sampai dengan selamat atas rahmat yang diatas sekitar jam 12 siang. Rencananya kita ada di desa ini selama 6 hari dengan berbagai kegiatan pengabdian untuk masyarakat. Ketika sampai, ada orang setengah baya memakai sarung menyambut kami, nanti saya kenal orang itu berjuluk “ayah”, ayah pemilik pondok pesantren super duper sangat sederhana yang akan menjadi tempat tinggal kami selama 6 hari tersebut. 

Ayah sangat ramah, kami pun ramah kepadanya. Dan kita semua jadi beramah-ramah. Ramah seperti A’a Jimi ketika di depan kamera, bedanya Ayah ramah ketika tidak ada kamera, dan saya yakin sejuta persen, jika ada kamera pun ayah akan tetap super duper ramah seperti ini.

Setelah barang-barang dibereskan, diangkut keluar dari truk transpormer, kita langsung bergerak bekerja karena round down acara yang telah di susun tim acara (si devi) mengharuskan kami melakukan pekerjaan. Saya yang waktu itu tidak bertanggung jawab pada tugas apapun menjadi bingung, saya ngapain kesini (setelah saya tanya itu kedalam hati, hati saya menyuruh “ya udah pulang lagi sana, keburu truk transpormer nya berangkat lagi hoyah”, akhirnya saya tetapkan untuk membantu tim konsumsi (si mamih eli dan Dias). 

Pekerjaan pertama kami adalah menyiapkan kayu bakar. sebagian Kaum laki-laki pun beranjanjak untuk bekerja termasuk saya. Saya lihat tergeletak di pipir rumah banyak batang pohon hasil tebangan masih dalam keadaan besar-besar belum di potong-potong. Kami semua mendapat misi pertama untuk memindahkan batang kayu yang masih geledegan itu agar bisa di potong kecil-kecil untuk kayu bakar. Keadaan tanah disana memang basah, mungkin tadi malam sudah hujan. Hal tersebut dipertegas dengan Tertampak genangan air kecil di pipir rumah tersebut. Secara fisika saya jelaskan, genangan air itu merupakan genangan yang tercipta dari akumulasi air yang jatuh dari genting rumah (kan di pipir rumah). Membentuk parit kecil yang hanya sedalam sendal. Saya, si sagung, da yang lainya mulai mengangkat batang kayu itu. Beuh, ternyata berat hey, si sagung berusaha mengangkatnya sepenuh hati, sayah mah nga terlalu sepenuh hati, dia lalu berpindah posisi menaiki tempat penyimpanan kayu tersebut dan menganggkat kayu batangan itu dari sana, sementara suasana lagi serius ketika batang kayu sudah mulai setengah terangkat. Beurat euy, teriak salah seorang yang mengangkat. 

“ke’ ke’ ke’ kela uey” saya kata demikian, “cobaan tibeulah dieu sugan” 
Saya mencoba mencari posisi ternyaman untuk mengangkat bongkahan batang kayu yang aslinya beratnya meminta saya untuk berekspresi menyerah,(minta ampun maksudnya).

Kayu itu akhirnya saya angkat dengan serius hingga si kayu itu berada di tempat eksekusi pemotong-motongan kayu. Ketika saya mengangkat kayu itu sepenuh hati, banyak orang-orang yang terlihat kagum melihat aksi sayah. Mereka berkumpul melihat saya mengangkat kayu besar itu dengan dua tangan kuat saya seperti herkules atau Samson. Saya mendengar sayup-sayup bisikan dari para cewe angkatan 2007 “wah keren nya si yoga, ngangkat kayu itu sendirian, maco banget..”. setelah selesai menangkat kayu saya lihatin itu cewe-cewe yang tadi berbisik-bisik, dan merekapun tersipu dalam karena tidak kuat melihat ke perkasaan saya. 

----~~~----

Sementara itu, ketika saya menulis tulisan ini, terjadi aksi demo di depan rumah sayah… mereka menuntut kejujuran atas saya. Mereka adalah semua orang yang ikut p2m (termasuk cewe2 yang tersipu-sipu waktu P2m), editor saya, semua penduduk desa neglasari dan beberapa LSM. mereka berbondong-bondong sangat banyak membawa kertas karton dengan tulisan “jujur!!!”, “APA ADANYA HEY!!!”, “jangan kau rubah sejarah, dasar sejalawan palsu!!!”, “jangan kau sembunyikan kebenaran!!!”, HIDUP KEJUJURAN, MATILAH KAMU!!!” mereka berteriak-teriak di depan rumah saya dan mulai melakukan aksi anarkis… saya jadi terpojok, dan saya pun membuka ruang dialog ke salah-satu perwakilan pendemo.

Dengan beringas, “kami menuntut keadilan hey!!!”, dia lalu membawa pengeras suara dan mulai berorasi…

“kebohongan ini jangan di perpanjang lagi, saya adalah orang yang ikut p2m tersebut, dan apa yang si busuk tulis di faragraf 8 cerita ini adalah kebohongan yang nyata..” ..“horeseh!!!!” para pendemo berteriak.. “ceritanya begini”, si perwakilan pendemo menjelaskan dengan semangat… “pada saat itu…”
….
“Sudah jangan di teruskan lagi…” saya memotong pembicaraan si perwakilan pendemo…

Setop dulu bagaimana, saya ada beberapa pertanyaan interactive ke para pembaca sekalian… setujukah kalo pemeran utama/ “nu boga lalakon” harus selalu terlihat keren??? Kalo saya pribadi, sangat menyetujui’I hal itu, tidak ada ceritanya si pahlawan terlihat bego, dalam drama-drama korea atau film2 jepang pun si pemeran utama selalu keren serta cool, serta baik hati dan baik kelakuan nya… (paragraph pembelaan)

HAAAAGGGGGHHHHH!!!!!!!!!!.
.. persetan dengan itu!!!!... para pendemo berteriak-teriak bertubi-tubi dan berkeras-kerassan…


Baiklah ini akan sulit untuk saya mengingat, apa yang sudah saya alami… cerita ini sangat menyat hati sangat sakit, perihnya kulit dada yang disayat silet, lalu di kasih garam pun tidak ada apa-apanya dengan apa yang saya alami kala itu. Ceritanya berubah sedih, dengan backsound yang gemulai, diiringi kemerduan dewa kesedihan yang bernyanyi di nada minor.

Memang, ini memang, cerita yang saya tulis di faragraf 8 itu adalah kejadian yang bukan semestinya terjadi di kala itu, kejadian sebenarnya adalah, ketika saya berkata, 

“ke’ ke’ ke’ kela uey” , “cobaan tibeulah dieu sugan” 
Saya mencoba mencari posisi ternyaman untuk mengangkat bongkahan batang kayu yang aslinya beratnya meminta saya untuk berekspresi menyerah,(minta ampun maksudnya).

Lalu kejadian nya adalah, saya yang terpojok oleh beratnya itu kayu. Saya pun mencari posisi yang nyaman untuk mengangkat kayu dengan menimpahkan semua titik berat yang tubuh rasakan ke kaki kanan saya (bahasa fisika). Si kaki kanan pun bergeser mencari-cari posisi dimana dia mampu bertahan menahan berat yang dia topang, satulangkah kaki saya melangkah ternyata masih berat, oh mungkin belum sempurna. Saya lalu mulai bersungguh-sungguh dan walau dengan pertimbangan akan ke mampuan saya. Saya lihat genangan air (cileuncang) di pipir rumah tersebut. Lalu saya berfikir dengan penuh perhitungan untung dan rugi seperti mahasiswa ekonomi. kalo kaki saya bertumpu di tempat itu sandal saya akan basah, tapi sisi positipnya kayu ini akan terangkat. Saya berfikir dengan cepat tapi penuh perhitungan, dan memutuskan, saya akan menginjak air hujan itu. Toh terangkatnya kayu ini akan lebih berguna bagi kita, kayu ini akan di gunakan untuk makan, untuk keperluan konsumsi, agar kita bisa tetap segar dalam rangka berbakti sepenuh hati kepada masyarakat desa Neglasari. Basahnya sandal/alas kaki kanan saya tidak sebanding dengan manfaat yang kita akan terima jika kayu itu terangkat. Saya belajar untuk tidak egois, ini menyangkut tujuan dari P2m itu sendiri. 

Saya injak lah genangan air (cileuncang) itu, injakan saya itu saya perembahkan demi kelancaran konsumsi, untuk mereka peserta P2m agar tidak kelaparan, untuk masyarakat desa neglasari yang akan kami abdikan semua kemampuan kami. “Kucuprak,….” Ini ekspresi, eh salah deng, ekspresinya bukan “kucuprak” tapi, “BLEEESSHH!!!”, Ea, Ea, Ea… berengsek hey, ini bukan cileuncang, tapi cubluk dalam bentuk memanjang… kaki kanan saya tertipu oleh genangan air ini yang ternyata bukan sedalam mata kaki, tapi sedalam dada saya… tubuh saya pun dengan suksesnya masuk ke itu cubluk, se-dada, sialan… jeah, baru saja datang sudah sial, menyakitkan, memalukan, dan mengenaskan,…

Kejadian berdarah ini di reaksi’I oleh semua-mua peserta p2m yang dari angkatan 2005-2007 mahasiswa bahasa jerman UPI, termasuk para senior termasuk si big bos (pa Putra), termasuk cewe-cewe angkatan 2007 yang saya certain di faragraf 8 itu, dengan tertawaan yang luar biasa nikmat (seperti sudah memakan nasi timbel di saat perut kosong), apalagi itu si Pa putra, sepenuh jiwa raga lah tertawanya, ”SIYOGAAA” “WUAHHAHAHAHAHAHA….” Menggema elegan di seantero pesantren. (tenang pa, saya tidak dendam.. tapi awas siah.. hahay)

Semua-mua jadi berkumpul menggerubuni saya dari atas (saya di cubluk yang posisinya lebih bawah), seperti beruang di kebon binatang taman sari lah si sayah di tonton dari atas itu, bagus yah kalian seakan-akan tidak ingin melewatkan moment ini. Beberapa petugas dokumentasi pun tidak lupa mengabadikan kejadian ini, termasuk Si Adi dan Pa Putra. 

Sudahlah kejadian ini jangan di perlebar lagi, ini seperti pemerkosaan bagi saya, dicabik-cabik harga diri. Kejadian tragis ini cukup menjadi tema obrolan para peserta yang bisa menghilangkan rasa cape setelah perjalanan dan beres-beres pesantren karena tertawa-tertawa senang (baca: mentertawai’i).

Sorenya, setelah saya ganti baju keadaan kembali normal. Memang dari tadi semenjak kita berada di sini ada anak yang dari tadi memang tertarik dengan kehadiran kita. Perkenalkan ini anak bernama asep, kelas 6 SD. Anak ini memang dari tadi seolah-olah ingin berkenalan dengan kita-kita. Beberapa orang sudah kenal dia. si Rudi, Si teguh, Si Desta dan yang lain nya sudah akrab dengan asep, loh ko??? Bisa akrab, ya tentu saja karena mereka berkenalan dan ngobrol. akhirnya ini anak berkenalan juga dengan saya. Saya lihat di topinya yang selalu dia pakai ada tulisan “Punk dan Metal”. Saya dan beberapa teman yang lain pun ngobrol-ngobrol dengan dia, biasalah obrolan mahasiswa denngan anak SD.

Pada waktu itu saya punya MP4, mereknya Mangdis, merek cina ketika saya pasang headseat di kuping saya si asep selalu melihat itu dengan ekspresi keren. Maklum saja mungkin MP4 pada waktu itu adalah barang yang sulit di temui di Neglasari. Untuk melepaskan penasaran Asep, saya pinjamkanlah itu MP4 ke dia, dan diapun sangat senang mendengar lagu-lagu yang dia dengar dari headset. Saya kenalkan dia dengan lagu-lagu jeruji, Turtle Jr dan lagu-lagu semacam. “tah sep, music gini music Punk Metal teh, seperti yang ada di topi kamu, “punk metal”. Si asep pun disuruh “head beng”, sambil mendengarkan MP4 itu.. “meEtalLL, mEEtALL sep!!!” si dias berkata seperti itu sambil menunjukan lambang metal dari tangan nya ke udara yang tinggi.

Menjelang magrib-an lah, kita semua barudak lalaki 06 berkumpul semua-mua. saya, Desta, adi, knod, pasa, sagung, bagoy, dan yang lain nyah-nyah sedang mengobrol di lantai dua pasantren sangat sederhana itu. Hujan pun mengiringi kita semua, suasana mulai dingin karena kita berada di kaki gunung. Kata si Adi “anjir, ini P2m Pertama urang euy”, di jawab oleh si sayah, “sarua di, uing mah udah sial lagi tadi”… “urang teh nepi ka jum’at kan??” kata si adi lagi, “homesick euy karek sehari juga” si adi meneruskan perkataan nya.. kita pun pada terdiam mendengarkan keluhan si Adi tersebut, nga tau kenapa, nga tau kita juga ngerasa homesick seperti apa yang si adi rasakan atau apa, entahlah.

Tapi ngomong-ngoming, sumpah ini jujur, pada waktu itu saya diam bukan merasakan hal yang sama dengan si Adi. Saya diam, karena saya tidak tahu “homesick” itu apa, saya malah berfikir si adi lagi menceritakan rumahnya yang ada 8, “home six”.. intepretasi “rumah sakit” (home: rumah, sick: sakit) pun sempat terpikirkan oleh saya, oh mungkin dia sedang merindukan seseorang yang sedang ada di rumasakit. Untung pada waktu itu saya tidak bertanya, “saha nu di rumasakit di??”, alhamdulilah sekali hey.

Magrib pun menyuruh kita untuk solat, sebelum azan kita semua-mua kaum laki-kali sudah berada di mesjid kecil tapi keren. Keren karena, yang hadirnya banyak, ada berbagai anak kecil segala umur yang mengaji, si teguh dan si Adi 07 “ngawurukan” mereka (ngawurukan, membingbing). Bapa-bapa penduduk local pun banyak juga, ditambah dari kita-kita, membuat suasana masjid sangat meriah. Azan pun dikumandangkan, semua tidak boleh rebut, kecuali si tukang adzan, dan kami pun menurut. Setelah adzan ada suatu ritual yang sudah hamper punah, yaitu ritual solawatan. Di masjid2 kota memang tidak suka di kumandangkan entah kenapa, tapi di masjid ini solawatan pun di laksanakan sembari menunggu komat. Semua anak-anak tambah kita-kita, “ELING TA ELING UMAT, MUSLIMMIN MUSLIMAT, HAYU URANG BERJAMAAH SOLAT MAGRIB, ESTU KAWJIBAN, KEUR URANG DI DUNYA, PIBEKELEUN URANG, JAGA DI AKHERAT…”.
Tidak tahu siapa sutradaranya, tapi solawatan eling-eling umat ini jadi rada berbeda dari yang biasanya, ada tambahan kata, “TA”, dalam kalimat awalnya, “ELING TA ELING UMAT”.. ah terserah, itu membuat kita bersemangat untuk mengumandangkan nya.. termasuk yang paling semangat adalah dosen saya Pa Putra. 

Malamnya kita membicarakan hal-hal gaib, membicarakan hal-hal yang tataran nya adalah konsep-konsep besar yang susah kita gapai. Pasertanya adalah desta, fasya, dias, knod, jajat dan si abang. Oh iah saya lupa, si abang adalah pemimpin pesantern sederhana tempat kami menginap seminggu ini, beliau adalah anak kandung dari ayah, pria santun yang saya ceritakan di atas. Abang orang nya semangat, mempunyai keinginan-keinginan besar dan angan-angan yang tak terbatas. mempunyai ilmu agama yang keren, terekat, fikih, kitab kuning, sampai ke astronomi Islam dia menguasai nyah-nyah. Kita saling sharing ilmu, satu dengan satu dengan satu dengan satu dengan satu dengan yang lain- yang lain nyah-nyah. 

Si abang ingin meminta pendapatnya kepada si kita-kita mahasiswa yang dianggapnya harapan bangsa dari fakultas (dia menyebut UPI itu sebagai fakultas), supaya bagaimana caranya coba??? Bilamana agar ini pesantren yang sudah sekarat bisa seperti Darut Tauhid. Kita satu per satu mengungkapkan pendapat kita masing-masing, pedapat kita tidak ada yang copy paste, semuanyah-nyah original pemikiran kita sendiri. Semalaman kita membicarakan konsep-konsep besar supaya bagaimana caranya coba, agar pesantern ini bisa maju, tetapi dikarenakan solusi kita hanya paparkan hanyalah konsep, dilkala subuh hari pembicaraan itu selesai, ternyata si pesantern itu tidak berubah menjadi seperti pesantren nya A’a gym. Tetap saja itu pesanteren sederhana, dan bahkan sangat sederhana di subuh hari tersebut. Hah bête,.. 


Disini kita merasakan suasana yang benar-benar berbeda tidak seperti dirumah yang semuanya serba ada. Disini sangat kampung, terbatas oleh pasilitas, tidak terjangkau oleh sesuatu yang modern. Pesantren kecil habis terbakar oleh santri-santrinya, santri2 nya pun kabur, yang tersisa hanya 2 santri saja… kapan ini akan berakhir??? Saya berucap demikian

Bersambung di p2m bagian ke 2, 

jujur yang inimah tidak terlalu rame, tapi saya akan balas itu di bagian yang kedua!!!
Description: P2m Neglasari bagian 1 (Hari Pertama yang melelahkan) Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: P2m Neglasari bagian 1 (Hari Pertama yang melelahkan)

0 komentar:

Posting Komentar