Jumat, 26 Februari 2010

P2m Neglasari Bagian 2 Satengah (dagelan hitam)


oleh: Ikhsan Peryoga

Cerita sebelumnya: kita lagi berada di suatu desa terpencil di majalaya. desa neglasari yang membuat sayah sial di hari pertama karena harus tercebur ke cubluk. Kita tinggal di pesantren sederhana dengan si ayah dan si abang sebagai pemilik dan pemimpin nya. Pengabdian pada masyarakat, anak-anak 2007 melakukan kegiatan mengajarnya ke SD malingping yang jauhnya “sateker kebek”.

Sementara itu dalam rangkayan kegiatan P2m itu, saya, teman saya setia desta dan motornya si Ali sedang dalam hari yang tidak begitu bagus. Saya dan beliau serta motornya si Ali di suruh untuk berbelanja keperluan konsumsi ke majalaya, tapi ternyata ada beribu rintangan yang kami hadapi. (kalo yang belum baca bagian 2 nyah baca dulu, baru ngerti apa yang di maksud dengan beribu rintangan tsb). Sekarang kita hampir sampai ke posko (pesantren si ayah), setelah dari pasar majalaya dan setelah menerima neraka di sana. Sekarang kita (saya, desta, motornya si ali dan teman baru kita yang bernama karung) dihadapi oleh rajanya neraka itu…

Kita berempat (saya, desta, motor si ayah dan karung) memasuki jalan tipe pertama, yaitu jalan yang tidak tersentuh oleh petugas PU, terdiri dari batu dan tanah yang di kumpulkan. tentu saja jalan ini juga masih licin walaupun keadaan sudah panas mentrang kaya gini. Dan sial dong nyah-nyah lagi, kalau ketika kita tadi berangkat kita menghadapi turunan yang curam-curam (lumayan berbaya juga sih), tetapi sekarang adalah ketika pulang coba bayangkan apa yang kita hadapi. “TANJAKAN SUPER ATLET MOTOCROSS!!!!”. Jreng!!! Jreng!!!.. 

Desta, saya, motor si ayah, dan karung: “AAAGGGHHHHHHH!!!!!!”

Motor si ayah pun “ngawahan” (bahasa indonesianyamah mempersiapkan ruang yang cukup untuk tolakan agar si laju motornya si Ali mempunyai tenaga yang lebih, kalau istilah fisikanyamah apa sih?? sayah lupa lagi). Si desta pun serius dengan kedua tangan nya tidak geranyangan ke mana-mana tetepi tetap menggeram kedua setang motor si ayah (tidak usah dijelaskan mungkin yach, si tangan desta yang kiri memegang setang motor si ayah yang kiri pula, dan yang tangan kanan nya punya si desta memegang setang sebelah kanan dari kepunyaan motornya si ayah… saya rasa yang kaya ginih mah tidak efektif kalau di ceritakan yach???). si sayah erat memeluk karung yang maha berat (berat masa nya, berat tanggungjawabnya, brraaatttt!!!! Suaranya ketika tergesek dengan jok motor si ayah). Si sayah tidak berlaku yang tidak-tidak ketika si sayah melewati tanjakan tersebut seperti menggoyang-gotyangkan badan supaya motor si ayah jadi oleng, atau tiba-tiba loncat dari motor karena iseng, tidak, si sayah tidak berlaku seperti itu entah kenapa. 

Tanjakan pun di “hanca” (di jalani dengan tekun) oleh si kita, setengahnya sudah terlewati hey dan kecepatan motor si ayah turun drastis.. “ngahiung” (bahasa Indonesia untuk mendengung) itu meotor si ali seperti menjerit-jerit minta ampun atas derita yang dia alami. “Dest, nga akan bener/ moal baleg” saya itu yang berkata karena si motor sudah tidak kuat menerima cobaan nya, si motor di gas penuh tetapi dia tidak maju, tidak juga mundur. Dengan serta merta bencana pun di mulai… si motor mulai menyerah, lalu dia pu’un seperti hanyut oleh hukum Fisika bergerak ke bawah. “alalalalalalalalalahh” ini ekspresi bukan ekspresi kita yang sedang menyanyi, tapi ekspresi kaget dalam keadaan si motor bergerak perlahan ke belakang yang semakin lama semakin cepat tak terkendali… dengan perintah sum-sum tulang belakang saya, si karung saya lempar ke jalannan batu tersebut seperti melempar tanggungjawab. Sayangnya perbuatan melempar saya tidak merubah keadaan, si motor tetap gontai dan mulai kehilangan keseimbangan dalam ranggka meluncur ke belakang tersebut. 

Ada beberapa penduduk desa yang kebedulan ada di sisi jalan dan ada di depan rumah dan rumahnya ada di sisi jalan memperhatikan kami. Memperhatikan kaminyapun berubah menjadi antusias ketika motor si ayah tidak dalam keadaan seharusnya yaitu maju, tetapi dalam keadaan tidak seharusnya yaitu mundur meluncur ke bawah. Beberapa si ibu-ibu setengah berteriak entah ditunjukan ke siapa, “awas cep!!!”, bukan nya ge’er ibu, tetapi si kita merasa itu teriakan ditunjukan kepada si kami, betul atau tidak??? Walohualam itu rahasia si ibu dan Tuhan. yang lain nya, yang tadinyah ada di depan tumah mereka nyah masing-masing nyah ada yang berlari ke pinggir jalan seakan tidak ingin melewatkan moment berharga nan langka ini. 

Motor si ayah terus meluncur menggila, di iringi kami berdua yang masih menungganginya yang super panik, sementara si karung yang terbuang diam saja di sana di atas… “burukunynyng…” (ekspresi orang sunda) kami meluncur semakin kea rah kanan“goleang-goleong” (ekspresi sunda juga), “geblosh” (sama juga) si ban belakang motor si ayah terperosok ke sebuah lubang, si sayah yang berada paling belakang pun hampir terperosok juga, tapi nga jadi, entah kenapa saya nga jadi mungkin ini takdir. Sayah pikir itu lubang, ternyata memang lubang, tapi lubang besar yang menganga, jurang hey!!!! Asli ini jurang!!!, sialan ini motor sudah setengah mau jatuh ke jurang si sayah dan si desta segera menyadari itu dan dengan segera juga melepaskan apa-apa yang bisa membuat kita berdua jatuh ke jurang tersebut. Otomatis, dengan otomatis si kita tinggalkan itu motor si ayah dan segera berlari menjauhi itu motor layaknya film eksien dimana si kendaraan nya mengandung bahan peledak yang 7 detik lagi akan meledak… keren lah, ekspresi berlarinya kita berdua menjauhi si motor jikalau di slowmosien.
Si para penonton dari yang tadinya antusias, menjadi ikutan panic, walaupun intsnsitas panic nya tidak seperti yang kita alami.

Sayah, desta dan karung selamat, tapi bagaimana itu nasib motor si ayah ??? … astaga si motor tergantung terkatung-katung nyangsang di bibir jurang. Syukurlah tidak jatoh full ke jurang. Dan apa coba yang si kita berdua lakukan setelah itu??? Tertawa terbahak-bahak… asli ini, kita tertawa terbahak-bahak sampai nonggeng (nungging) sambil kedua tangan memegangi perut tanda tak nahan itu ketawanya. Begonya lagi ini masih tengah jalan. Maaf kan saya motor sementara dikau nyangsang si kita malah ketawa-ketawa. Apa yang sebenernya kita ketawain kita juga nga tau, mungkin rangkayan kesialan hari ini perlu di tertawakan di kemudian hari, dan kita tidak sabar untuk menertawakan nya di kemudian hari, makanya (minumnya), pas kejadian aja..

Apa yang terjadi saudara-saudara, ternyata ketawanya kami di sambut kecewa oleh para penonton yang lumayan banyak di sana, ibu-ibu setengah berteriak “si A’a mah cilaka teh kalahkah seuseurian…(artinya:jah si Abang, kecelakaan the malah ketawa-ketawa)” hal itu di sambuti’I oleh ketawaan-ketawaan dari penonton lain yang ada di TKP. saya dan desta tidak mempedulikan itu perkataan si ibu-ibu dan terus ketawa. luarbiasanya kami hey, kejadian yang bisa saja merenggut nyawa pun di buat jadi dagelan..

Di sebelum kita sampai ke posko pesantren ada satu tanjakan lagi, dan kejadian nya sama seperti yang tadi, kita nyorosod (merosot) di tengah-tengah tanjakan, sama juga, kita ketawa-ketawa juga hingga akhirnya tidak berhenti itu ketawa hingga kita sampai di posko.

Si sayah marah-marah itu ke si Eli karena pesenan belanjaan nya yang tidak kira-kira, si eli pun meminta maaf dan sis ayah pun memberikan dia maaf saya. 2 hari kemudian si kami lagi yang di tugasi berbelanja tapi dengan motor yang berbeda. Dan taukah rekan-rekan pembaca sekalian, si sayah sebelumnya protes dulu, “belanjaan nya jangan terlalu banyak yah!!”. Si Eli pun sebagai kordinator konsumsi memberikan bon catatan belanjaan yang kecil kepada kita yang membuat kita senang. Tapi yang terjadi kejadian nya sama.. satu karung!!!!! Sialan hanya bon nya aja yang kecil, si pesenan nyamah tetep banyak. Ternyata si kita berdua di kibulin, bon nya kecil, hal tersebut di ikuti oleh tulisan si eli yang kecil-kecil juga… sial dong!!!

Bersambung ke bagian 3
Inimah asli kalapa hejo!!!
Description: P2m Neglasari Bagian 2 Satengah (dagelan hitam) Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: P2m Neglasari Bagian 2 Satengah (dagelan hitam)

0 komentar:

Posting Komentar