Jumat, 26 Februari 2010

sial dong #ciamis-bandung akhir tahun 2009


 30 Desember 2009 jam 10:39
Saya berangkat dari rumah jam 1. waktu hongkong. mau ke terminal bus. Hendak menaiki bus, bukan di atas, tapi di dalam. Mungkin bahasa yang tepatnya masuk ke dalam bus. Diantar motor adik saya yang motor, juga di antari adik saya yang dia adalah adik saya, yang manusia, yang punya motor. kenapa dia punya motor, karena dia adik saya, motor adik saya namanya, nama motornya, tadi sudah di kasih tau. 

Dengan tidak sopan nya adik saya membuang saya di terminal bus ciamis. saya marah, dengan alasan tentu. “Ben jopi, naha di lungsurkeun di dieu??” ini berarti “adiku sayang, kenapa dikau turuni hamba di sini??” kenapa?? Saya kan berfikir, kira saya akan di antar ke terminal bus cicaheum bandung. Padahal kan rumah saya di ciamis, secara epilog ciamis sama cicaheum kan dekat. Ini kata adik saya: “gelo, si A’a mah”. Ya sudah lah, akhirnya adik yang durhaka itu meninggalkan saya sendiri di terminal bis ciamis. 

Saya menunggu bis, dan saya mau saja walau bis tidak menunggu saya. Hebat itu bis, di jadikan lagu beliau oleh ibu nya bus, karena mengucapkan selamat pagi ke pada ibu dan ayah, si bis juga pergi belajar sampai kan nanti. lalu kata ibunya bis: “selamat belajar nak penuh semangat, rajin lah selalu tetntu kau dapat, hormati gurumu, sayangi teman, itulah tandanya kau…” dan seterusnya… kau tau lah itu bis apa??

Tapii (huruf ”i” nya 2, tanpa sebab yang jelas) setelah menunggu 23 detik, bis itu tak kunjung membuat ada di hadapan saya. Saya berfikir lama sekitar setengah jam hanya untuk memutuskan saya pergi dulu ke tasik, nanti saya temunin bis yang lain di sana, supaya saya menjadi cepat-cepat berada di bandung, tempat di mana ada dia yang mungkin menunggu papais yang mamah saya buatkan untuk di kunyah. Saya pun naik bis kecil, mungkin umurnya muda jadi belum besar untuk ke tasik dulu, karena di sana banyak lebih bis-bis yang mau ke bandung, ke tempat dimana ada dia yang mungkin menunggu papais yang mamah saya buatkan untuk di telan setelah di kunyah.

Eh towlol (bahasa Thailand), dan kovlock (bahasa Rusia),, di tasik pun sama saja. Saya masuk ke semacam agen bis, tapi walau pun banyak bis nya, mereka harus diam dulu, menunggu penumpang supaya membuat mereka pada masuk ke dalamnya, dan itu lama menurut saya yang mengejar-ngejar waktu hingga waktu pun berlari juga kerena mungkin dia takut saya kejar-kejar. Setelah 45 menit yang bisa kurang bisa juga lebih akhirnya si bis bergerak, bergeser maju mundur belok-belok. menuju bandung? Belum!!! Ternyata eh ternyata ke terminal tasikmalaya, itu prosedurnya mungkin saya tak mengerti, dan saya tak mengeluh, karena saya ustad.

Di terminal banyak yang masuk ke dalam bis, membuat bis penuh. ”wah hebat yah yang mau ke bandung”, saya berfikir seperti demikian, demiTuhan yang saya sembah, demi Alloh. Lihat mereka membawa tahu, telor puyuh, kacang, di semacam jingjingan nya, ada juga yang membawa gitar dan semacam tipa, ada juga yang membawa air mineral, roko, minuman suplement, peremen dan lain-lain di jinjingan nya, ada lagi juga yang memakai baju koko, pake peci, membawa amplop banyak. Mereka baik sekali, menawari saya berbagai bawa’an-bawa’an yang mereka bawa. Dan karena saya baik saya juga tawarin itu papais yang saya bawa, ”pa bade oge papais??//pa mau juga ini papais??” mereka menolak dengan heran, ga tau kenapa. Ada lagi itu bapak-bapak lain yang baik, kali ini nawarin saya ulen (makanan dari ketan). ”mau ke bandung, di sini masih kosong pa??” saya bilang begitu sambil menepuk-nepuk kursi kosong di samping saya. ”saya mah dagang cep”. ”oh, saya pikir penumpang, bapa punya saudara laki-laki yah??” itu kata saya ke orang yang pura-pura saya pikir adalah penumpang. ”iah, ada, emang kenapa cep??” itu kata si orang. ”Saya pernah lihat di terminal cicaheum, sama kaya bapa, bawa-bawa ulen, sempat menawari saya ulen juga.. makanya ayo duduk di sini, kita ke bandung, ketemu saudara bapa, biar cepet penuh, biar cepet berangkat, saya di tunggu pacar saya, penting, mau solat berjama’ah.” itu kata saya. Lalu si orang itu berkata ”naon atuh ari A’a??”, saya senyum saja sambil bilang ingin beli itu 2 ulen. 

Saya melamun sebentar setelah beli ulen. ”Sudah ah”, kan hanya sebentar, ayo lanjuti. Sekonyong-konyong ada yang sudi duduk di samping saya. Beliau bapa-bapa, umur sekitar 45-50 han, pendek menurut saya, karena lebih pendek dari saya. Tambun dia, karena saya kurus. Dia special, tidak bisa melihat, maaf, tunanetra. ”kerja di mana jang?” beliau bertanya ke pada saya. ”kuliah pa” itu kata saya. Lalu dia jadi tau saya kuliah di UPI, jurusan sejarah, FPIPS. Si bapak langsung mendekati kuping saya, beliau hendak ingin berbisik. Berbisiklah beliau pelan seakan ini rahasia kita berdua dan yang ada di bis ini tidak berhak tau ”bapak minta awewe lah, di FPIPS mah gareulis”. Si kovlock!!! 

Lalu saya sms dia orang buah batu, menginformasikan bahwa saya duduk sama orang special, kata dia bilang dalam sms balesan ”jangan di kerjain yoga” itu pokonya inti sms nya. Dan karena saya cowo yang baik dan sekaligus ustad saya nurut dia tentu saja.

Saya dan si bapa-bapa special jadi mengobrol banyak tentang dunia, kesana-kemari obrolan nya. Tapi diam saja kami berdua di kursi, tidak kesana-kemari karena ada di dalam bis. Dan sampailah pada obrolan tentang sejarah, dan saya jadi cemas, karena saya tak jago tentang hal yang satu ini. Beliau menanyakan saya tentang tokoh2 seperti maha patih, ra tanca, lembu sora, panji saprang, dan ternyata beliau pecinta dongeng radio...

Sebagai mahasiswa sejarah UPI dan sebagai manusia jenius yang sayangnya tidak dibutuhkan negri ini, saya lalu bercerita, bercerita tentang sedikit ilmu yang saya dapat di bangku kuliah yang fana ini.

Kata si bapa ”Cep kumaha ari ranggalawe teh??”

Kata saya ” Ranggalawe adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan, Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu oleh Raden Wijaya.
Ranggalawe merupakan seorang ksatria tanggguh, keahliannya dalam memainkan senjata pedang membuat Ranggalawe menjadi seorang Makadga tanpa tanding. kendatipun demikian Ranggalawe mempunyai sifat emosional dan pemberani, hal inilah yang sering membuatnya lengah sekaligus mempunyai banyak musuh.

Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.
Ranggalawe pun kemudian gugur dalam pertempuran melawan pasukan Majapahit atas tuduhan pemberontakan yang dilimpahkan kepadanya.”


Lalu saya ngomong lagi “Bapa kalau mau lebih lengkap dan ada keterangan gambar mah klik aja link ini:
karena saya copy paste dari sana

Panjang sekali saya bercerita asli ngocoblak menerangkan itu tokoh2 yang beliau tanyakan. Dan ketika saya ngocoblak sampai saya hampir tak sadarkan diri, saya dapati beliau diam saja. Sempat saya berfikir beliau meninggal dunia, dan ternyata beliau sudah tidur dari tadi. BRENGSEK!!! Saya di kacangin,,, sampai cape saya ngocoblak, sampai mengabiskan beberapa kalori dalam tubuh menghabiskan pengetahuan saya yang tak terbatas ini… 

sial dong pokonyamah. Sialnya lagi beliau tidur dari sekitar keluar terminal sampai beliau turun di cibiru. Beliau juga bisa turun setelah saya bangunin bahwa bis menunjukan cibiru di jendela-jendela. Dan selama perjalanan saya seakan memakan gerbong kereta api hingga kekenyangan dangan tak bisa ngomong apa-apa, tetep merenung tentang saya yang di kacangin beliau.

Dan saya pikir ini kesialan di hari itu, tetapi bukan,,, masih ada selanjutnya, selanjutnya tentang kesialan dalam malam harinya yang kudus ini ketika saya dan Arvi yang ikut dalam hati saya, juga Doni knod sama anggri yang juga ikut dan berwujud mau menonton arisan the panas dalam.

dipersembahkan untuk Arviana Shela Alfitri yang penasaran. Maaf arvi, ga rame gening nya. Tapi setidaknya kamu bisa belajar sejarah. Di rundung oleh saya pada 29 Desember 2009 kalender syamsiah.


Ttd


Ikhsan Peryoga.
Seorang ustad
Description: sial dong #ciamis-bandung akhir tahun 2009 Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: sial dong #ciamis-bandung akhir tahun 2009

ini untuk Tria dan untuk yang mau baca


sekonyong-konyong atau "ujug-ujug" dalam basa ada yang nge PM ke saya barusan:


Tria

a isann...

udh lulus blm?
09:57Isan

jir keren itu kata2 pertamanya

pasti di ajarin si kaka kamu
09:57Tria

beliau adalah Tria, adiknya temannya baik saya. pertanyaan nya bagus, mengharapkan saya tersinggung dan menjadi panas padahal saya ada di dalam ruangan yang sejuk saat ini ditulis. dan saya yakin yang menulis ini bukan Tria, karena saya tau tria orangnya baik, luchu, imut, solehah, tidak seperti kakanya yang sialnya jadi teman saya (herey hey). 

tria yang masih SMA, bolehlah kamu mendengar cerita saya, harus hey, tapi terserah kamu ketang, itu hak pribadi.

saya mencoba menghubungi beberapa kawan lama saya, ini dia salah-satu percakapan nya:
sebut aja dia handoko.


saya: halo, han, dimana sekarang???

handoko: di lembur (kampung halaman) uy

yang bernama Ikhsan: gimana udah lulus kuliah teh? (teh, disini bukan campuran untuk minuman hey)

handoko: nya dong, udah lulus atuh,, sarjana ayeunamah.. maneh kumaha??

yang punya nama belakang Peryoga: belum euy, masih lama... wah udah lulus, kana naon atuh ayeuna?? jir, udah jadi staf ahli akuntan sejati atuh di bank,,, minta link na ateuh, pasti banyak kenalan.

hebat uy udah bisa menghidupi diri sendiri..

handoko: saya dari saprak (sejak) lulus nyari2 kerja, tapi,,, ya gini weh, masih nyari.. ini juga malu oleh ortu, belum juga kerja kerja...



terus yang ini, Tria coba baca

ini temen saya beda jurusan, beliau sudah lulus, sudah di wisuda,.. 
lalu saya buka sms nya tanpa saya harus membuka batre handponya.


"cuy, ada proyekan nga?? biasanya nte mah banyak link"


aneh minta semacam kerjaan kepada saya yang sedang khusu menjadlankan ibadah kuliah


lalu ini saya yang nge nelpon teman saya yang sudah sidang dan nunggu di benerin toganya oleh pak rektor


orang yang suka di panggil isan: "**n, pas kamu di sana ngapain aja???" 

sebuah temen saya: gitu aja bantu-bantu ibu, jadi kaya ibu-ibu rumah tangga uy


ini jadi ketakutan tersendiri jika saya lulus nanti,,,, bukan nya saya meniru malinkundang menjadi anak durhaka hey dengan tidak ingin membantu ibu, tapi yang ibu harapkan dari saya bukan hanya sekedar membantu beliau sebagai pemuda rumahtangga kelak jika saya lulus nanti. 

atau ini yang terakhir, belau teman saya yang dulu sangat mebanggakan dirinya sendiri walau sebenarnya orangnya tidak sombong. keren hey beliau, beliau lulus jadi S.pd di umur 21, kelahiran 1988 angkatan 2005 dengan nilai Ipk yang tinggi, gelombang pertama di angkatan nya. luarbiasa keren hey.

dan ini perkatannya kemaren, ingin beliau anggap ini sebagai nasehat seorang junior yang sudah S.Pd kepada seniornya yang masih mahasiswa yaitu saya.


"dunia luar itu kejam, bahkan sangat, beruntunglah kamu masih berpegangan ke dunia kampus... dan saya mencabut lagi perkataan bahwa "lulus cepat/muda itu keren" 


lihat mereka tria, memang mereka tertawa bahagia hatinya, bibirnya, wajahnya ketika sudah selesai sidang. malahan ada yang syukuran, ada yang nraktir temen2nya, pesta pora, potong kue, tuker cincin, bikin sangu kuning, menyantuni anak yarim, jadi donatur panti asuhan, juga panti jompo, jadi donatur badan amil zakat, dll ketika melampiaskan kebahagiaan mereka ketika sesudah sidang. 

tapi beberapa ada yang tidak mengetahui bahwasanya mereka melewatkan beberapa persiapan untuk mereka siap menghadapi cara kerja masyarakat. semacam ilmu yang bisa saja ada di matakuliah, bisa saja ada di organisasi, bisa saja ada di kosan, bisa saja ada di kantin kampus, bisa saja ada di perpustakaan kampus atau malah di tukang londry dekat kampus. padahal materi untuk mempersiapkan persiapan itu banyak tercecer di dunia kampus, hanya saja orang lebih banyak terfokus kepada sesuatu yang sifatnya tidak tercecer. makanya ketika mereka lulus mereka tidak siap dengan cara kerja masyarakat tersebut.


saya sekarang sebenarnya menunggu yang semacam itu dari kaka kamu. "kasihan yah kaka kamu, tidak merasakan asiknya kuliah ngulang, sendirian ga ada teman sekelas"

ini rahasia tria: sebenarnya note semangat buat kaka kamu supaya dia nga seperti temen-temen saya yang di atas. jangan bilang2 kaka kamu tria, saya males di bilang keren oleh beliau...
Description: ini untuk Tria dan untuk yang mau baca Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: ini untuk Tria dan untuk yang mau baca

Sakadang saya membuat KTP bagian 2


Oleh: Ikhsan Peryoga

Setelah dari kelurahan dan sekedar bersilaturahmi dengan si Ibu-ibu petugas, lalu saya di antar oleh motor adik saya yang sebenarnya saya kendarai sendiri ke kecamatan.

“Kamu tunggu di sini yah sama helm, saya mau ke dalam dulu, jangan kemana-mana OK!” itu saya yang bicara dengan motor adik saya. Motor adik saya diam saja, tapi biarkanlah, mungkin itu keinginannya untuk terlihat cool. 

Banyak manusia di sana, manusia ras proto melayu, tidak ada Ras Arya kebetulan, mereka sudah jarang terlihat sejak agresi militer belanda 2. oh lihat itu marisol, banyak dari mereka membawa map yang banyak pada ingin membuat KTP. Jangan ditanya ngantri atau tidak, sudah pasti bergerombol merong-rong kasir pelayanan KTP. Tidak peduli baru datang, yang penting berani untuk seseledek (bahasa polandia) dan tidak malu untuk selepat-selepet (bahasa Moldova) maka itulah yang dilayani pertama. 

Saya pun datang, bersama pakaian, sandal jepit, map kuning, dan tas. Tapi semua itu tak penting, yang lebih penting yang saya bawa ke kantor kecamatan saat itu adalah idealisme, hasil didikan saya kuliah sampai saya belum lulus-lulus hingga kini. Saya datang dengan Idealisme mahasiswa, dimana saya di harusi menjadi orang paling sensi melihat ketidak beresan dalam tatanan masyarakat. 

Saya pun mendekat, mendekatini’I gerombolan tersebut. Saya berdiri dibelakang, dan ada empat orang dari manusia laki-laki bapak-bapak yang saya tidak sempat kenalan dengan mereka berdiri didepan saya dengan posisi tidak karuan. “Ehem” saya mengeluarkan bunyi seperti itu dibantu tenggorokan saya. Hal ini mengisyaratkan ketidaknyamanan saya akan keadaan di depan saya. Ke empat orang itu tidak menghiraui dan terus saja focus ke pada si kasir yang tentu saja tidak cantik. Mereka sangat focus dalam upaya paheula-heula (padulu-dulu) menyodorkan berkas KTP mereka.

“Astaga” , saya kata dalam benak… itu si berkas dari orang-orang tersebut banyak sangat, lebih dari 4 map setiap orangnya. Saya jadi mendapati kesimpulan bahwa beliau-beliau adalah RT atau RW yang mengkolektifkan pembuatan KTP warganya. “Astaga, itu Pemimpn warga tidak ngerti ngantri” saya berkata seperti itu serius, tapi mereka diam saja. Oh ternyata saya berkata dalam hati, jadi aja tidak terdengar mereka-mereka.

Saya diam aja terus dibelakang mereka, dan tiba-tiba sekonyong konyong ada ibu-ibu pake tudung yang datang. Datang dengan percaya diri dan langsung merebut posisi saya yang menjadikan si ibu-ibu itu ada di depan saya. Jadilah 5 orang yang terlihat fokus kepada kasir dengan posisi tidak mengantri.

Kesel dengan ini saya pun bereaksi, sebagai mahasiswa yang tidak hanya menerima teory di kelas. Ini asli bukn berkata dalam hati “bapa, ibu, ngantri dong!!” menggunakan bahasa sunda. Mereka semua-mua menoleh kepada saya. Ada yang malu dan memperbaiki posisi berdirinya, ada juga yang tidak. Ada juga yang malah berkata kepada saya“jang, saya sudah datang dari tadi!!”, “iah, makanya ngantri, jadi ketauan siapa yang datang belakangan dan jadi nga nyerobot-nyerobot” itu kata saya kepada si bapa-bapa yang tadi sedikit nyolot. 

Lalu si ibu-ibu kasir dari dalam pun berkata, “iah ngantri gera pa, biar tidak raribut”. Dengan ini, para manusia itupun menjadi mengantri dan keadaan menjadi sedikit tenang…

Semenjak itu, siapapun yang datang menjadi berdiri di paling belakang. Dan taukah hey para pembaca, ngantri itu indah dan keren hey. Dan keberanian untuk berkata benar sesuai idealisme mahasiswa itu berjalan dengan sukes. Oh senangnya jadi mahasiswa dan kasihan itu temen2 saya yang sudah lulus dan tidak menjadi mahasiswa lagi..

Dan setelah menunggu, akhirnya tiba giliran si sayah yang berhadapan dengan si kasir. Map kuning saya serahkan. “a, foto na mana??” itu kata si kasir. weanjis , saya lupa itu foto belum di guntinggi, masih dalam bentuk lembaran A4 setelah tadi di print, belum juga di tempel di formulir.. hadeuh… lalu saya pun berkata mau pinjam gunting ke si ibu kesir dengan sedikit rariweuh.

Dan dengan nada puas tapi tidak menyenangkan, terdengarlah celetukan dari belakang “tadi aja nyuruh ngantri… pas gilirannya belepotan, belum siap” (begitu kira-kira kalau di bahasa indonesiakan mah). Oh ternyata si Ibu pake tudung yang tadi saya suruh ngantri. 

MALU!!!!! 
sial dong!!! 

Saya langsung keluar dari antrian membawa map kuning beserta berkas lalu ke pinggir sambil mengguntingi foto saya yang ganteng, tetapi kali ini foto itu menjadi berengsek karena penyebab saya menjadi malu kaya gini.

Setelah beres saya kembalikan itu gunting dan saya pun segera pergi dari kantor kecamatan tersebut. Entah kenapa, mungkin malu, mungkin terpukul, atau apa, tapi yang jelas saya langsung bawa helm dan naik motor dan “ngeng..” (ini ekspresi menjalankan motor). 

Dengan setengah sadarkan diri saya kendarai motor dan jadi berada di suatu bangunan, mirip kantor. Saya masuk ke kantor tersebut. Ada 4 orang didalamnya, dua ibu-ibu, dua bapak-bapak. Salahsatu ibu-ibu langsung melihat saya tajam, kusam, muram, penuh nafsu dan dendam, mukanya seakan terbuat dari cairan kimia sejenis cuka, bawannya masam melihat muka saya. Saya tetap cool untuk masuk kantor itu. 

Ketika sampai di sebuah meja, saya jadi berdiri di hadapan 4 orang tersebut. 4 orang tersebut melihat saya tajam manjadikan saya sebagai focus penglihatan mereka. Saya buka map kuning dengan tiada berkata apapun kepada mereka. saya ambil sebuah lem kertas yang ada di atas meja mereka, membuka tutupnya dengan tidak mempedulikan ke 4 orang dihadapan saya, seakan-akan saya autis dan punya dunia sendiri. Saya oleskan lem kepada foto yang sudah di gunting di kantor kecamatan tadi lalu di tempelkanlah beliau (foto tsb) ke dalam formulir. 

Setelah selesai, saya bereskan formulir dengan cepat dan segera meninggalkan tempat tersebut. Ketika saya berjalan keluar dari sebuah kantor tersebut, terlihat muka-muka bengong 4 orang yang dari tadi memperhatikan saya. Terutama si ibu-ibu yang satu itu, seakan mukanya tidak kobe dengan mata buncelik melihat saya. 

saya pun kembali ke kecamatan dan mengantri dari awal, lalu menyerahkan berkas formulir kepada kasir. Si kasir menyuruh saya membayar 8000 rupiah, dan menyuruh saya kembali lagi ke sini jam 1 siang buat menjemput KTP yang sudah jadi. Lancang sekali itu kasir menyuruh-nyuruh saya seakan saya pembantunya, tapi apa boleh buat memang saya membutuhkan KTP itu untuk kepentingan egoistis saya. Seperti jaminan hutang jika makan ga punya uang, atau buat tanda yang akan diperlihatkan ke satpol PP jika ada razia bencong.

Oh KTP, akhirnya kamu lahir sekitar jam stengah 2 pada tanggal 9 November 2009 kalender Syamsiah. Tidak perlu menunggu 9 bulan 10 hari untuk melihat kamu lahir. Hanya 1 hari saja, tapi saya yakin, seyakin-yakinnya kamu tidak premature wahay KTP.


Mengenai bangunan dimana tempat saya mengelem foto adalah kantor kelurahan, saya langsung kepikiran pergi kesana karena tadi masih ingat bahwa di meja kantor kelurahan ada lem. Mengenai si ibu-ibu yang berwajah heran dan seakan penuh dendam adalah ibu-ibu yang beberapa jam sebelumnya saya kerjain mau di kasih uang administrasi 300 ribu oleh saya (baca note “sakadang saya bikin KTP bagian 1”). 

Oh indah sekali hidup sampai saya tidak malu datang lagi ke kantor kelurahan itu…


Masih dialami saya pada 9 November 2009 kalender Syamsiah.
Description: Sakadang saya membuat KTP bagian 2 Rating: 3.5 Reviewer: ikhsan peryoga ItemReviewed: Sakadang saya membuat KTP bagian 2